malam kuhirup dalam dalam. Seketika paru paruku disesaki udaranya. Susah aku memejamkan mata. Ingat pada ayahku. Lelaki yang selalu kuingat dengan tubuh tambunnya, berjalan jalan mengenakan kaos merah jambu bergambar dua sarung tinju yang saling meninju, kadang suka pakai sarung, senyum sumringahnya dihiasi kumis tebal, serta topi yang melengkapi gayanya kala bepergian. Iya, dialah ayahku. Setidaknya sosok yang kukenang sejak saat usia 9 tahun hingga saat ini, walau aku pernah berjumpa dengannya sebentar dengan sosok berbeda, namun ingatanku tentangnya sebagai sosok pria bertubuh tambun selalu melekat diingatanku.
Kini aku berkisah dengan air mata yang turun deras. Begitu lemahnya aku, ya. Begitulah aku adanya.
Beliau bilang aku cantik pakai topi, dia bilang aku mirip Susi Susanti pemain bulu tangkis berprestasi itu. Senang bukan kepalang, aku selalu memakai topi ketika bepergian (setidaknya sebentar, lama-lama aku bosan juga. Hehe) kira-kira ayahku inilah pria yang pertama yang memuji aku cantik. Mungkin supaya aku percaya diri dengan tubuh kurusku dan kulit berjemur matahariku...
Sosok yang kurindukan dengan gaya santainya saat sedang membaca buku. Koleksi bukunya banyak bukan main. Sosial, politik, sejarah, biografi, majalah juga ada. Semua bukunya ia bubuhi tanda tangannya dengan spidol biru atau emas, kadang dengan tinta dr pulpen yang sepertinya sangat khusus karena bentuknya seperti pulpen khusus menulis kaligrafi dan sangat berhati hati menggunakannya. Aku suka lihat guratan tanda tangannya. Seperti tanda tangan pejabat yang suka kulihat di buku undang-undang. Panjang panjang.
Aku suka baca majalah misterinya, majalah sejarahnya dan buku biografinya. Namun kubaca saat dia pergi lama. Itu juga kulongkap karena kubaca bagian yg kuanggap menarik saja. Buku biografi pertana yang kubaca adalah tentang Adam Malik saat kelas 4 SD.
Ayahku langganan koran. Ia suka baca Poskota dan Kompas. Aku juga suka baca. Tapi baca komiknya. Di kompas ada komik Beni&Mice serta rubrik Kompas Anak yang menyajikan banyak artikel buatan anak-anak dan juga komik. Aku pernah bermimpi tulisanku dimuat di sana. Hanya aku tak tahu caranya bagaimana. Dulu kupikir harus punya komputer, sementara dulu kami tidak punya. Di Poskota ada Ali Oncom dan Si Doyok walaupun pembahasannya lebih ke sosial politik yang susah dicerna anak-anak, aku tetap membacanya karena ada gambarnya hehe. Seingatku, Ayahku seringkali sengaja memberikan korannya kepadaku selepas ia membacanya. Ia tampaknya tahu kebiasaan anak bungsunya suka baca komik di koran.
Ia juga sosok misterius dimata masa kanak-kanakku. Ia seringkali bepergian sendiri, entah kemana. Sepulangnya, ia kerap kali bawa oleh-oleh seperti donat, ayam goreng, atau buah-buahan. Seringkali juga ibuku marah karena buah yang ia bawa banyak yg busuk. Pernah juga dia bawakan komik Doraemon. Waktu itu kupikir tumben sekali ia bawakan komik karena biasanya yang ia bawakan itu buku pintar. Ternyata ia menemukannya di kursi bis. Mungkin milik penumpang lain yang tertinggal. Sepuluh tahun kemudian, ramai film Doraemon Stand By Me, disitulah kusadari ceritanya dari serial komik Doraemon yang pernah dibawakan Ayahku. Sepertinya judul komiknya "Doraemon edisi Cinta" dan kubaca berpuluh kali karena suka ceritanya.
Ia suka musik sepertinya. Terutama lagu-lagu keroncong dan lagu yang bertema kepahlawanan atau nasionalis. Aku ingat dia mengajakku bernyanyi lagu ibu kita kartini seharian. Ia juga beli keyboard, entahlah apa tujuannya. Tapi ia ajari aku main lagu burung kakatua di keyboard. Tak lupa ia tulisi not nada di tuts keyboardnya dengan spidol emas nya supaya aku lebih mudah memainkannya. Berkatnya hingga hari ini usia 21 tahun aku masih hapal not lagu burung kakatua :D
Suatu hari di pagi hari dengan piyama ku, ia ajak aku ke Kebun Raya Bogor. Pagi sekali. Dan seingatku kita naik angkot entah berapa kali. Aku ingat dia bawa sekantung uang koin buat ongkos. Lelah diperjalanan semua terbayar saat aku lihat museumnya dan makam belanda. Sepertinya itu pertama kalinya aku ke tempat bersejarah, dan aku sangat suka tempat yang seperti itu. Kita juga kasih makan rusa-rusa.
"Ga boleh masuk soalnya takut disangka bawa bom" ujarnya saat kutanya mengapa kita tidak boleh masuk ke istana bogor. akhirnya kita hanya memandang bangunan megah yang dikelilingi itu dari jauh. Walaupun hati kecilku sangat ingin masuk kesana dan ingin tahu apa benar presiden ada disana.
Saat pulang kerumah ibuku marah (lagi) bertanya dari mana saja padahal hanya bilang mau lari pagi. Saat diberi tahu, ia marah kenapa membiarkan aku pergi jalan jalan tanpa mandi dan hanya pakai baju tidur. Mungkin ibuku tidak tahu bahwa aku tak peduli baju apa yang kukenakan. Ia harus tau betapa ada banyak hal yang kupelajari saat menghabiskan waktu bersama ayahku tanpa merepotkan aku harus pakai baju ini dan itu.
Sayang kita tak punya waktu yang banyak untuk bercengkrama, Ayah.
Namun aku tidak pernah menyesal terlahir ke dunia fana ini sebagai anakmu. Apapun yang terjadi.
I'll always be your little girl :)
And you always be my daddy, my hero, my firstlove.
Inshaallah, syurga adalah tempatmu, papa. ❤️
I love u.
I miss u.
Komentar
Posting Komentar