Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Balada Tak Berjudul.

google.co.id  kala mata itu menatapku, seketika aku tahu dalamnya maksudmu. tiap lengan itu erat merengkuh tubuhku disitu aku tahu dimana tempat untuk singgah. ketika hangat bibir itu mampu menghentikan derai air mata dan mengisi kekosongan batinku. aku menyerah pada keadaan, aku terus berlari, berlari dan berlari..tapi aku tetap terhenti pada satu titik yang berulang.. aku tak bisa menyangkalnya. wahai Tuhan maha pembolak-balik perasaan hamba-Nya...jujur aku berterimakasih telah membawanya padaku. dikehidupanku yang penuh dinamika ini. ia yang membuat tiap detik hidupku jadi berwarna. berwarna putih,hijau, merah.. ya macam-macamlah seperti ayam sepuhan. dan telah kukatakan berkali-kali. aku tak peduli jika Orang-orang bilang aku naif. aku memang bodoh. lantas jika memang mencintai dan menyayangi kamu dengan tulus adalah suatu kebodohan.. aku rela menjadi orang terbodoh di dunia. pernah kita larut dalam emosi sesaat. kita berubah jadi lawan. kita saling me...

Sastra Bukan untuk Dipahami?

" menurut gue berdosa kalo ngebaca buku sastra bukan dengan cara menikmatinya. sastra itu buat dinikmati..bukan buat dipahami."  Begitu ungkap salah satu teman saya tepat setelah saya bilang "ngga bisa baca buku sastra" di sela-sela kelas mata kuliah propagada dan psywar. ya.. terus terang saya emang ngga bisa baca buku-buku sastra. ngga bisa disini dalam artian saya merasa kurang paham 'apa yang saya baca ini?' begitu. Jadi, saya memutuskan buat lebih pilih baca buku yang masih bisa saya pahami (yaa.. walaupun sedikit) seperti novel teenlit, biografi tokoh-tokoh terkenal, komik, dsb. begitu coba baca buku sastra tiba-tiba saya merasa bodoh karena memang ngga ngerti apa-apa. maka saya selalu kagum dengan orang-orang yang doyan banget sarapan dengan buku sastra. saya bilang mereka hebat! hehe... sepertinya pernyataan teman saya diatas itu bikin saya mikir.. benarkah itu? benarkah buku sastra itu buat dinikmati saja dan bukan buat dipahami? mungkin...

11 November di Kala Hujan

aku selalu bertanya-tanya untuk apa aku dilahirkan? apakah aku memiliki manfaat bagi dunia dan semesta maka aku digariskan untuk hidup di dunia? dunia yang kuanggap adalah anugerah yang kejam. entahlah. manusia tahu bahwa ia dilahirkan untuk kembali, kembali ke asal-Nya. manusia tahu bahwa nafas yang dibekali kepadanya sejak lahir adalah ketidakabadian semata. kejam. lalu di mana anugerahnya? kamu tahu wahai manusia.. tiap jalan dan lika-liku yang kau tapaki, perihal yang kau benci dan kau sukai itu, semua yang terjadi di tiap lembar kehidupanmu dan saat dikelilingi oleh orang yang kamu cintai dan mencintaimu bahkan orang yang dibenci atau membencimu.. aku rasa itu adalah anugerah hidup.